MAKASSAR, INTELLIGENT – Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi yang mengalami lonjakan kasus penyebaran COVID-19 tertinggi di Indonesia. Hal ini membuat pemerintah mengimbau masyarakat agar mengurangi aktivitas di luar rumah.
Penyebaran COVID-19 berimbas pada aktivitas belajar mengajar yang beralih menggunakan metode daring. Praktik Klinik Kebidanan (PKK) juga telah menerapkan metode daring tersebut, tetapi PKK Online masih mengharuskan mahasiswa Kebidanan untuk menemui pasien secara langsung.
Hal tersebut disampaikan salah satu mahasiswa Jurusan Kebidanan, Nur (bukan nama sebenarnya). Ia merasa waswas dengan kemungkinan terpapar virus Corona akibat menemui pasien ibu hamil di tengah pandemi COVID-19.
“Dari pusat saja kita diliburkan untuk mengurangi risiko penularan COVID-19, nah ini kita harus mencari ibu hamil untuk dijadikan kasusnya kami. Kami juga pribadi merasa waswas jangan sampai kita juga tertular COVID-19, kan kita tidak tahu situasi di luar sana,” ungkapnya, Jumat (12/06).
Nur menambahkan, mahasiswa Kebidanan juga kesulitan mendapatkan Alat Pelindung Diri (APD), menemukan pasien sesuai ketentuan, hingga keterlambatan surat administrasi dari pihak Kampus menjadi hambatan dalam pelaksanaan PKK Online tersebut.
“Sebagian dari kami ada yang tinggal di kampung bahkan ada yang ke pelosok kampung, jadi susah untuk mendapatkan APD, kalaupun ada terkendala dengan biayanya. Ibu hamil yang sudah trimester ketiga itu juga susah kami dapatkan, belum lagi surat dari kampus belum keluar sampai sekarang,” terangnya.
Disisi lain, pihak Jurusan Kebidanan menampik adanya keharusan menemui pasien sebagai pencapaian PKK Online tahun 2020. Tuntutan program tersebut bukan target pencapaian yang wajib dipenuhi, tetapi tujuan pembelajarannya yang harus dicapai.
Seperti yang diungkapkan Ketua Jurusan Kebidanan, Suriani B, SKM, MSc bahwa mahasiswa Kebidanan yang memiliki kendala dalam memenuhi program PKK Online akan diberikan pilihan lain oleh pembimbing Jurusan Kebidanan untuk memenuhi target pencapaian PKK Online.
“Tidak mungkin kita mau paksakan 100 persen. Ya kita juga pembimbingnya sudah sepakat bahwa terimalah saran dari mahasiswa kalau mereka tidak bisa mencapai seperti yang disampaikan itu, maka diberikan opsi berikut,” ujarnya.
*Reporter : Kru-M11