MAKASSAR, INTELLIGENT – Rintikan hujan membasahi kepala Irwan, Kamis (02/01) sore. Kaos ungu dan celana pendek birunya juga mulai basah, membuat kulitnya terasa dingin. Kendati demikian, anak itu tetap bertahan dalam posisi jongkok di pinggir selokan menanti kailnya disambar ikan.
Setelah 3 hari lamanya Makassar terus dikepung hujan, selokan dan gorong-gorong di pinggir jalan kota mulai dipenuhi genangan air. Barangkali terseret arus pasca hujan, nampak beberapa ikan kecil berenang ria di selokan Kota Makassar, termasuk di selokan sepanjang Jl. Mon. Emmy Saelan, Tidung.
Ikan-ikan kecil inilah yang sedari tadi ditunggu oleh Irwan. Dengan menggunakan alat pancingan sederhana dari kayu, tasi dan mata kail yang ia rakit sendiri, ia telah sedari tadi berharap cemas agar penantiannya berbuah hasil. “Masih sedikit (ikan) yang baru kudapat,” ujarnya kecewa.
Tak patah semangat, ia dengan sabar terus menunggu, berharap barang ada seekor ikan yang termakan pancingannya. Sesekali ia menggerak-gerakkan kayu pancingnya, namun belum berhasil juga menarik perhatian sang ikan.
Tak lama kemudian, beberapa teman yang nampak sebaya dengan Irwan, ikut bergabung menonton ikan yang sesekali berloncatan di dalam selokan tersebut. Tapi mereka tidak ikut memancing, melainkan hanya ingin melihat-lihat saja.
“Itu sana eh, ikan baronang kapang,” ujar salah satu temannya, Lana sambil menunjuk seekor ikan yang muncul di permukaan air.
*Blup* rasanya telah ada ikan yang menyambar kail pancing Irwan. Irwan mulai berdiri dan menarik pancingnya, “We dapatka ikan, dapatka ikan,” teriaknya kegirangan. Teman-temannya nampak ikut bersorak sorai seperti telah memangkan hadiah besar.
Irwan semakin bersemangat. Rintikan hujan yang mulai deras tak dihiraukannya. Dua ikan, tiga ikan, dan sekarang telah genap 4 ekor ikan baronang kecil menggelepar diatas gelas plastik yang ia siapkan.
“Liat sai eh, banyak na ikan dibawa tolo!” seru Irwan. Teman-teman Irwan yang sedari tadi hanya mengamati Irwan, kini mulai tergoda dengan ikan-ikan yang sedari tadi nampak berjoget, meminta agar segera ditangkap.
“Awasko, mau ka turun lansung Irwan,” ujar Lana berani.
*Hup* Lana melompat turun ke dalam selokan. Baju kuning Lana sepenuhnya terendam dalam dinginnya air. Para ikan berhambur kesana kemari setelah Lana menggerak-gerakkan jarinya di bawah air, berusaha menagkap ikan-ikan tersebut menggunakan tangan kosong.
“Dapatma juga eh, ikan balang-balang ini mungkin,” ucapnya sambil memamerkan ikan kecil berwarna hitam yang menggeliat-geliat di atas tangannya, disambut tepuk tangan dari teman-temannya.
Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa hari sudah mulai petang. Langit yang sedari tadi mendung, membuat anak-anak itu tak sadar akan waktu. “Ayomi pulang deh, maumi magrib,” ujar temannya mengingatkan.
Dengan sedikit aba-aba, masing-masing anak mengambil sepeda yang mereka parkir di depan salah satu rumah hijau, lalu pulang ke rumah masing-masing yang hanya berjarak beberapa meter dari lokasi selokan.
Irwan dan Lana membawa pulang hasil tangkapan ikan, ada ikan baronang dan ikan balang-balang. Butiran air jatuh dari pakaian mereka yang masih basah. Namun mereka tak sabar akan memamerkan hasil kerja kerasnya pada orang-orang di rumah.
*Reporter: Kru-03