MAKASSAR,INTELLIGENT – Berbagai elemen masyarakat yang tergabung di dalam Aliansi Barabaraya Bersatu (ABB) menggelar aksi long march turun ke jalan sebagai bentuk penolakan eksekusi paksa tanah sengketa, Jl. Abu Bakar Lambogo (21/11).
Massa aksi berjalan mengelilingi sekitaran lokasi sengketa yang dimulai dari Posko Barabaraya menuju arah utara Jalan Abu Bakar Lambogo kemudian berbelok ke Jalan Muh. Yamin dan masuk ke Jalan Kerung-kerung Lorong 12 sampai Jalan Jalahong Dg. Matutu dan kembali ke Jalan Abu Bakar Lambogo menuju posko dari arah selatan.
Humas aksi, Heri menjelaskan aksi ini sebagai respon dari kabar diadakannya rapat kordinasi antara pengadilan negeri (PN) dengan pihak tergugat dalam penentuan hari eksekusi.
“Aksi kami gelar karena beberapa hari lalu kami mendapat kabar bahwa PN menggelar rapat kordinasi bersama aparat dan pihak lawan terkait penentuan hari eksekusi,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa saat ini perkara masih berproses di tingkat Peninjauan Kembali (PK) dan menunggu hasil putusan Mahkamah Agung (MA) yang kabarnya telah dikirim ke Pengadilan Negeri (PN) Makassar.
“Saat ini perkaranya masih berproses di tingkat PK tapi kabarnya sudah ada putusan PK dari MA dan sementara dikirim ke PN Makassar,” tambahnya.
Ia memaparkan bahwa tujuan dari diadakannya aksi ini untuk menguatkan warga yang terancam dan menggalang solidaritas. Warga menuntut Badan Pertanahan Nasional (BPN) menggelar audiensi terbuka dan juga menuntut komitmen PN Makassar sebelumnya bahwa tidak ada eksekusi selama proses hukum berlangsung.
“Tujuannya untuk menguatkan warga yang terancam sekaligus menggalang solidaritas. Tuntutan warga yaitu menolak upaya eksekusi paksa terhadap warga dan menuntut Badan Pertanahan Nasional Kota Makassar untuk menggelar audiensi terbuka dengan warga Barabaraya. Juga menuntut komitmen PN Makassar sebelumnya bahwa tidak ada eksekusi selama proses hukum berlangsung,” paparnya ke kru Intelligent.
Salah satu massa aksi, Randy menuturkan bergabungnya ia pada aksi kali ini sebagai bagian penggunaan kesadaran untuk bergerak dan bersolidaritas untuk tidak membiarkan kesewenang-wenangan langgeng dan merugikan masyarakat kecil.
“Memosisikan diri sebagai mahasiswa. Sebagai mahasiswa, saya sadar dengan posisiku di tengah-tengah masyarakat, dan mesti menggunakan kesadaran itu sebagai acuan bergerak dan bersolidaritas. Sebab, dengan memilih diam, sama halnya membiarkan kesewenang-wenanganan itu langgeng dan merugikan masyarakat kecil,” tuturnya.
Ia berharap adanya persatuan yang kokoh dari aliansi dan berbagai elemen masyarakat dalam memperjuangkan kemenangan.
“Harapannya pesatuan yang kokoh dan kemenangan,” tutupnya singkat.
*Reporter: Kru 02